RUU Keperawatan ???
Posted on Sabtu, 10 November 2012
|
No Comments
RUU Keperawatan itu apa sih? Jangan
tanyakan kepada mahasiswa/i yang senang “berpolitik”. Coba tanyakan
kepada mahasiswa/i biasa yang senang hidup damai nan santai. Walhasil
jawabannya:
- RUU Keperawatan adalah RUU supaya perawat jangan jadi pembantu dokter
- RUU Keperawatan adalah RUU supaya ga dipenjara kayak Misran kalo mau ngasih obat ke masyarakat di saat mendesak
- RUU Keperawatan adalah… Au ah gelapSemua jawaban benar, tidak ada yang salah (termasuk yang nomor 3). Tidak dapat dipungkiri, umumnya calon perawat yang masih mahasiswa unyu-unyu begitu bersemangat kalau disinggung soal RUU Keperawatan. Padahal jika ditanyai soal yang lebih mendetail tentang RUU keperawatan niscaya mereka tidak tau apa-apa. Hanya memakan omongan sang “mahasiswa politikus” yang kesannya juga malas menjelaskan kepada teman-teman lain tentang detail RUU Keperawatan.
Istilah “mahasiswa politikus” saya
persembahkan untuk mahasiswa/i yang rajin berorganisasi dan selalu
update tentang perkembangan RUU Keperawatan. Namun saya menangkap
fenomena dimana “mahasiswa politikus” selalu berorasi di depan kelas
hanya jika terdapat event-event tertentu mengenai RUU Keperawatan.
Penjelasannya pun singkat, seperti basa-basi semata. Itulah salah satu
penyebab mengapa tidak semua mahasiswa/i keperawatan antusias mengikuti
perkembangan RUU Keperawatan sekalipun dia bukan “mahasiswa politikus”
RUU Keperawatan ini bukannya tidak
mendapat kritik dari kalangan perawat sendiri. Pada grup facebook yang
membahas tentang RUU Keperawatan (search saja : Peduli RUU Keperawatan),
terdapat komentar dari seorang anggota grup yang terkesan mengkritik
RUU Keperawatan. Namanya Yudi, mengaku telah bekerja sebagai perawat di
desa selama 10 tahun, mendapat gaji yang kurang layak, serta beliau ini
adalah anggota PPNI. Kritikan beliau pada RUU Keperawatan soal reward
berupa gaji kepada perawat yang tidak disinggung secara detail.
Menurut beliau, jika tolak ukur reward
untuk seorang buruh adalah UMR, seharusnya perawat juga mempunyai tolak
ukur untuk sebuah reward. Namun perawat sebagai profesi yang profesional
tidak diperkenankan turun ke jalan untuk demo karena alasan kemanusiaan
(banyak pasien yang membutuhkan jasa perawat)
Tentu saja pendukung setia RUU
Keperawatan langsung berespon di kolom komentar. Kebanyakan adalah
mahasiswa yang masih kuliah. Rangkuman saya atas pendapat mereka adalah,
pertama mereka menganggap bahwa persoalan gaji adalah persoalan
sensitif. Kurang bijak jika dimasukkan ke dalam RUU Keperawatan. Kedua,
RUU Keperawatan bertujuan untuk etika profesionalisme, mementingkan
keselamatan dan melindungi praktik perawat, bukan untuk memakmurkan
perut perawat.
***
Perdebatan yang cukup menarik dan
menambah wawasan. Sebagai mahasiswa yang intelek, tentu saja penghargaan
dan etika profesionalisme adalah harapan besar dalam pekerjaan kelak.
Namun mas Yudi sebagai orang yang telah merasakan suka duka menjadi
perawat, pengalamannya tidak bisa diabaikan. Perawat yang bekerja secara
profesional seharusnya dibayar secara profesional pula. Baik sebagai
pribadi maupun jika telah berkeluarga, gaji merupakan sesuatu yang
penting. Semoga mahasiswa/i keperawatan bisa mengerti hal ini.
Kesensitifan yang kurang bisa jadi karena mereka berada di posisi safe zone,
dimana kebutuhan masih dipenuhi oleh orang tua dan belum mencari nafkah
sendiri. Walaupun tidak bisa digeneralisir semuanya seperti itu.
***
Ribut-ribut soal penghargaan
profesionalisme ataupun gaji, bagaimana dengan kualitas perawat sendiri?
Dalam draft RUU Keperawatan Bab IV, Perawat akan mempunyai konsil,
dimana konsil itu bertugas untuk mengadakan uji kompetensi dan
registrasi perawat, membuat peraturan untuk perawat yang melindungi
masyarakat, dan menetapkan standar pendidikan keperawatan. Dengan adanya
konsil ini, harapan masyarakat tentang kualitas perawat yang bermutu
bisa dicapai.
Dalam RUU Keperawatan, banyak hal yang
mengulas tentang tugas, hak, dan kewajiban perawat. Termasuk di dalamnya
pembentukan konsil untuk meningkatkan kualitas perawat, pelimpahan
tugas, perlindungan hukum, praktek mandiri, dll. Untuk “mahasiswa
politikus” jangan pelit untuk mengcopy draft RUU Keperawatan dan
membagikannya ke teman-teman yang membutuhkan. Sehingga sosialisasi RUU
Keperawatan menjadi lebih efektif di kalangan mahasiswa/i keperawatan.
Nah, untuk itu lihat Draft RUU Keperawatan Disiniagar lebih paham.
Nah, untuk itu lihat Draft RUU Keperawatan Disiniagar lebih paham.